Translate

March 21, 2013

Wisata Kraton Yogyakarta Hadiningrat Jogja Raya


Saat ini merupakan tempat tinggal Raja Keraton Yogyakarta yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono, Senopati Ing Ngalogo, Abdurrahman Sayidin Panoto Gomo, Kalifatullah Ingkang Kaping X, Dari Keraton ini anda dapat melihat secara langsung bagian bagian keraton dimana per bagian mempunyai fungsi masing masing mulai dari bagian alun-alun, pagelaran hingga bagian inti dari keraton. Disini juga dapat mengetahui siapa saja yang pernah memimpin keraton Kasultanan Yogyakarta ini.

Museum Kereta Keraton merupakan tempat penyimpanan beberapa keretasebagai alat transportasi pihak keraton. Keberadaaan Museum ini sudah sangat lama, yakni sudah dirintis pada masa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono VII, dan tidak akan dijumpai dimanapun. Hanya Keraton Yogyakarta lah yang memilikinya. Lokasi museum kereta ini berada tidak jauh dari Keraton tepatnya disisi barat daya Alun-Alun utara yakni di Jl. Rotowijayan, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta.
Koleksi Museum ini ada yang berumur puluhan bahkan ada yang sudah ratusan tahun, dari beberpa kereta ini masih ada yang dipergunakan pada masa kini oleh pihak keraton, namun ada juga yang Karena pertimbangan usia kereta tersebut maka hanya dijadikan barang pusaka saja di keraton. Masing-masing kereta diberi nama tersendiri oleh keraton. Dan setiap 1 suro atau 1 muharram menurut penanggalan jawa kereta yang termasuk kereta pusaka dimandikan atau istilahnya Jamasan. Setiap Jamasan tersebut banyak orang ingin menyaksikan, mereka berharap dari bekas jamasan tersebut bisa mendatangkan berkah.
Masjid Agung atauMasjid Gede Kaumanmerupakan bangunan yang paling fenomenal di kampung ini. Masjid ini berdiri 16 tahun sejak Keraton Kasultanan Yogyakarta terbentuk. Tumenggung Wiryokusuma merupakan arsitek dari bangunan masjid Agung ini dengan corak jawa. Masjid ini menempati areal sebluas 13.000 m2. Bangunan masjid terdiri dari inti, serambi dan halaman  dengan bentuk berbeda antara bangunan dibagian serambi dan bangunan inti antara lain tiang penyangga di bagian inti berbentuk polos sebanyak 36 sedangkan bgaian serambi tiangnya memiliki umpak batu bermotif awan sebanyak 24 buah.
Kampung ini awal mulanya merupakan tempat bagi 9 katib/penghulu yang ditugaskan oleh kraton Kasultanan Yogyakarta untuk membawahi urusan agama. Kampung ini juga merupakan tempat di mana masjid gedhe berada dan untuk memakmurkan masjid  Raja keraton Yogyakarta menyiapkan 40 abdi dalem. Masyarakat sekitar memandang orang orang yang tinggal di sekitar masjid tersebut sebagai ahli agama maka masyarakat menyebut mereka dengan sebutan qaaimuddin karena sulit lama kelamaan tersebut menjadi kauman. Yang berasal dari kata Pakauman yang berarti pa= tempat kaum dari kata qaaimuddin yang berarti penegak agama islam. Jadi kauman berarti tempat para penegak agama.
Sedangkan pada jaman perjuangan kemerdekaan tempat ini sebagai tonggak berdirinya gerakan islam Muhammadiyah yang di pimpin oleh seorang muslim bernama K.H. Ahmad Dahlan. Beliau sangat prihatin dengan kebiasaan masyarakat yang mulai terjerumus kedalam hal-hal mistik salah satunya menghilangkan kebiasaan selamatan bagi orang meninggal. Beliau juga menyempurnakan arah kiblat sholat 24 derajat ke arah barat laut (arah masjid al Haram di Mekkah)
Satu-satunya  museum yang menyimpan beberapa  Koleksi sekaligus adalah Museum Sonobudoyo, hampir ada 10 jenis koleksi museum ini yakni, Koleksi Geologi,, Arkeologi,BIologi,  Etnografi, Historika Numismatika, Filologika, Keramologika, senirupa dan teknologi.  Museum ini terbagi menjadi 2 unit yakni  unit satu terletak Jl. Trikora No. 6 yakni disebelah utara Alun- alun  utara  dan unit 2 berada di ndalem condrokiranan  wijilan.
Museum ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII pada tahun 1935, setalah melalui proses yang panjang. Sedangkan pengagas Museum ini adalah sebuah yayasan yang bergerak dalam bidangKebudayaan Jaawa, Bali, dan Lombok yang bernama Java Institut
Gudeg secara penyajian dan Memasaknya dibedakan menjadi 2 , yakni Gudeg Kering dan Basah. Gudeg Basah yang penyajiannya dengan kuah santan dan memasaknya masih menyisakan kuah. Sedangkan Gudeg kering biasanya pada saat memasak perebusan lebih lama sehingga kuahnya sampai kering dan warnanya lebih coklat. Gudeg ini lebih tahan lama, ini biasanya sering dipakai sebagai oleh-oleh bila berkunjung ke Yogya. Biasanya tempat kemasan berupa Besek yakni kotak terbuat dari anyaman bambu namun ada juga yang berupa kendil (semacam periuk kecil dari tanah liat).
Masakan Gudeg ini dapat kita jumpai diseluruh pelosok kota yogakarta dan yang menjadi Sentra Gudeg ini terdapat di daerah Barek, Jl. Kaliurang Km. 4,5 sebelah utara selokan Mataram atau Daerah Wijilan, sebelah timur dari alun-alun keraton Yogyakarta sebelah selatan Plengkung Wijilan.
Tamansari adalah merupakan dimana merupakan taman yang banyak ditanami oleh tanaman bunga yang berbau harum dimana pembangunannya dilaksanakan pada masa setelah perjanjian Gianti. Pangeran Mangkubumi yang setelah bertahta bergelar Sultan Hamengkubuwono I membangun Keraton sebagi Pusat Pemerintahan Keraton Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat, pada sumbu Imajiner yakni garis lurus antara Pantai Parangtritis dan Gunung Merapi, adapun sebagai titik acuannya adalah sebuah mata air / umbul. Beliau memerintahkan Demang Tegis (salah seorang portugis yang mendapat gelar jasa dari Keraton pada masa itu) sebagai arsitek dan Bupati Madiun Raden Ronggo Prawirosentiko yang dipercayakan untuk membangun sebuah istana air tersebut. Fungsi mulanya adalah sebagi tempat menentramkan hati, istirahat dan rekreasi setelah lama dalam peperangan. Namun demikian dipersiapkan pula sebagai benteng pertahanan Keraton apabila dalam kondisi bahaya, Selain itu juga tempat ini sebagai sarana ibadah maka tidak heran bila dalam komplek ini (tepatnya di Sumur Gumuling) dapat ditemukan Mushola sebagai tempat beribadah. Bangunan Istana Air tersebut mempunyai 2 pintu utama yang menghadap ke Barat yaitu Gapuro Agung dan yang menghadap ketimur yakni Gapuro Panggung
Kampung Ngasem merupakan salah satu tempat sentra batik yang masih berada dalam jeron beteng atau berada dalam benteng keraton yogyakarta, ini bisa anda buktikan jika anda menyusuri kampung ini terlihat banyak tembok yang mengelilingi kampung ini. Dikampung ini setiap sudutnya dapat ditemui gerai dan toko batik, yang mempunyai koleksi batik yang beragam baik motif maupun coraknya. Para pengunjung pun dalam berbelanja Batik dapat mendapatkan kesan yang berbeda jika anda berbelanja di Pasar atau pusat perbelanjaan yang lain. Kami sarankan saat membeli Kain batik dikampung ini anda perlu jeli dalam menawar bukan tidak mungkin anda akan mendapatkan harga yang murah. Jadi anda bisa menawar sesuai dengan kualitas sebagai patokannya. Disamping harga yang lumayan murah tersebut juga keramahan pedagang dalam menjajakan ataupun menawarkan dagangan yang ramah akan membuat anda merasa nyaman dalam berbelanja. Selain kain batik disini juga dijual berbagai pernak pernik berbagai macam souvenir yang sudah berkualitas eksport.
Alun alun kidul merupakan tempat wisata yang sangat komplek mulai dari tempat olahraga, permainan, kuliner hingga mistis. Mulai dari tempat olahraga bagi sekolah sekolah disekitar alun alun kidul pada siang hari serta sore untuk berlatih bola oleh warga sekitar, sore sudah mulai dengan aktifitas penjual makanan dari jagung bakar hingga hidangan makan malam. Dan juga suasana mistis apalagi dikaitkan pada malam malam tertentu yakni Masangin atau masuk diantara pohon beringin yang merupakan cara melewati jalan ditengah antara pohon beringin dengan mata tertutup dari arah utara menuju selatan.

Sumber http://yogyakarta.panduanwisata.com/

No comments:

Post a Comment